Cari

Laman

Minggu, 06 Mei 2012

BERAT SAMA DIPIKUL, RINGAN SAMA DIJINJING


Pagi, pukul 07.05 3 sekawan tiba disekolah. Mereka adalah Ghea, Jenny, dan Dini siswi kelas 9. Sejak kelas 7, mereka selalu bersama. Tak heran, walaupun diantara mereka ada banyak perbedaan tetapi semua itu tidak menjadi batu penghalang persahabatan mereka. Perbedaan itu berupa karakter, talenta, maupun kesukaan. Contohnya karakter Ghea orangnya judes, jutek, cuek, tempramental, tomboy, humoris, aneh, tidak sabaran, jail, dan pemberani. Jenny orangnya baik, sabar, balak-blakan, humoris, dan jail. Sedangkan Dini orangnya pendiam, baik, feminim, dan sensitif.

Seperti biasa, sebelum bel sekolah berbunyi Ghea, Jenny, dan Dini duduk didepan kelas sambil mengobrol. Tapi kali ini bukan obrolan biasa. Dini curhat kepada 2 sahabatnya tentang sosok laki-laki yan disukainya.
Dini : “Cuey, aku mau cerita sesuai nih!”
Ghea : “Kayak Syahrini aja lu sesuatu.”
Dini : “Iih, serius tau dengerin dong!”
Jenny : “Iya iya, ini lagi dengerin kok.”
Dini : “Aku lagi naksir sama cowok nih, dia anak 9 biling. Namanya Leo, kalian         pada tau gak?”
Ghea : “Sorry ya, orang gak penting kayak dia mah mana ku kenal!”
Jenny : “Bentar, Leo anak biling itu kan? Yang anak parkour itu?”
Dini : “Bener! Jenny hebat!”
Ghea : “Yang mana sih? Anak parkour? Mau jadi kangguru ya?”
Dini : “Ghea ah! Dari tadi becanda mulu. Itu orangnya.”
Ghea : “Yang mana sih? Gaje banget!”
Dini : “Itu yang pake jaket merah, tas merah.”
Ghea :“What! Ga salah Din? Itu bukannya kurcaci yang ada didongeng Snow     White kan?”
Jenny :“Aduh Ghea, bawaannya mau ngina orang mulu. Gak pernah berubah tuh   watak.”
Tet tet tet, bel telah berbunyi. Saatnya seluruh siswa bebaris didepan kelas masing-masing dan masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran pertama. Tapi, itu tidak berlaku bagi Ghea, Jenny, dan Dini. Mereka malah asyik mengobrol dan mengulur-ulur waktu. Itulah kebiasaan  buruk 3 sahabat ini. 5 menit bel berbunyi, barulah mereka masuk ke kelas masing-masing.
            40 menit, itulah waktu yang ditempuh seluruh siswa untuk menikuti setiap pelajaran. 15 menit untuk istirahat pertama dan kedua. Itulah keseharian siswa-siswi SMPN 1 Banjarbaru. Dikelas 9 ini saatnya mempersiap kan diri untuk menghadapi Ujian Nasional. Bukan berarti Ghea, Jenny, dan Dini larut dalam stress seperti siswa kelas 9 lainnya. Mereka malah semakin malas untuk mengikuti pelajaran. Malahan mereka membuat rencana untuk mendekat kan Dini dengan Leo. Pulang dekolah, mereka berkumpul didepan perpustakaan untuk mwnjalan kan rencana. Kebetulan, Dini mempunyai nomor ponsel Dendy, yaitu sahabat Leo. Disaat seperti ini, Ghea lah yang memiliki banyak peran karena hanya dialah yang paling nekat dan peemberani.
Ghea : “Jadi gini Din, kamu sms aja Dendy. Pura-pura ngajak kenalan atau bas-basi
              gimana gitu, entar aku bantuin deh!”
Dini : “ Oke deh! Terus, kapan mulai nanyain nomor hp Leo?”
Ghea : “Itu mah nanti, yang penting kamu akrab dulu sama Dendy. Kali aja dia
                melting disms sama cewek misterius.”
Jenny : “Ghea Ghea, otak lu ya! Yang begituan lancar banget! Ingat, kita mau UN.”
Ghea : “Ah! Berisik lu Jen! UN masih lama juga kali. US 1 aja belum, lu malah
              Kebanyakan takutnya.”
Dini : “Sementara ini aku mau fokus dulu sama ini rencana. Pokoknya kalian
            Berdua harus bantuin!”
Ghea & Jenny : “Sipp!”
Malamnya, Dini menjalankan rencana seperti intruksi Ghea dan Jenny. Kali ini Dini antusias sekali. Biasa, cinta monyet nak remaja. Dengan tangan gemetar Dini mengirim pesan kepada Dendy, tak disangka pesan Dini dibalas oleh Dendy. Entah berapa jam sudah, Dini saling membalas pesan dengan Dendy. Saat itulah Dini mulai akrab dengan Dendy lewat pesan singkat.
            Esok harinya, Dini menceritakan kejadian tadi malam dengan 2 sahabatnya. Karena rencana pertama telah berhasil, saatnya rencana kedua.
Ghea : “Din, pokoknya tiap malam usahain kamu smsan terus sama Dendy. Kalau
               sudah biasa kan enak buat cari tau nomor Leo.”
Dini : “Iya deh! Aku nurut aja apa kata kamu Ghe.”
Jenny : “Emm, kalau sudah tiap hari smsan terus sudah akrab, mau ngapain lagi?”
Ghea : “Ya Tanya nomor hp Leo lah! Dendy itu kan cuman modus kita aja. Padahal
               targetnya Leo.”
Jenny : “Kalau Dendynya gak ngsih tau, gimana?”
Ghea : “Sms Dini aja dibalas terus. Ya pasti maul lah! Apa lag cuman nomor hp.”
Jenny : “Iya juga sih.”
Dini : “Kita sudah melangkah cukup jauh, mudahan aja rencana Ghea yang aneh
            ini berhasil.”
Jenny : “Amin.”
Ghea : “Aneh, tapi manjur…”
Walaupun saat ini mereka tengah asyik mencari tahu nomor ponsel Leo, tapi mereka tidak lupa akan kewajiban mereka sebagai pelajar. Malam harinya, Dini kembali mengirim pesan kepada Dendy. Begitu pula Dendy, dia selau membalas pesan dari Dini. Pada akhirnya, setiap malam Dini dan Dendy saling mengirim pesan. Waktu yang tepat bagi Dini untuk menanyakan nomor ponsel Leo kepada Dendy.
Dini : “Btw, kamu temennya Leo kan?”
Dendy : “Iya, kenapa?”
Dini : “Boleh nanya gak?”
Dendy : “Nanya apa?”
Dini : “Kamu punya nomor Leo? Kalau ada, boleh minta?”
Dendy : “Emm, sorry. Aku emang temenan sama Leo bahkan satu kelas.
                tapi aku gak punya nomor hp Leo. Buat apa sih?”
Dini : “Oh, gitu. Gak kok, cuman ada yang mau ditanyain.”
Dendy : “Kalau emang penting, nanti aku kasih tau Leonya deh!
                 kalau ngomong sama orangnya lansung kan enak.’
Semenjak itu, Dini tidak pernah menirimkan satu pesan pun kepada Dendy. Karena menurutny percuma saja meneruskannya, toh Dendy tidak mempunyai nomor ponsel Leo.
            Kekecewaannya itu dia tumpahkan kepada 2 sahabtnya. Pada puncaknya, Ghea jugalah yang turun tangan. Disekolah dia memberanikan diri menelpon Dendy langsung, tapi Ghea mengganti identitasnya sebaga laki-laki. Hebatnya lagi saat menelpon Dendy, Ghea dapat merubah suaranya seperti lai-laki sebenarnya. Itulah kelebihannya yang tidak dimiliki wanita lain. Tapi dimiliki oleh Ghea. Awalnya Ghea menelpon Dendy baik-baik saja. Tapi, semakin lama Dendy semakin nyolot. Padahal waktu itu Ghea minta kepada Dendy untuk memberikan telponnya kepada Leo karena Ghea ingin bertanya langsung Leo. Anehnya, malah Dendy sendiri marah-marah kepada Ghea seakan-akan melindugi Leo dari terkaman macan. Hal itu membuat Ghea lantas geram dan akhirnya berujung perkelahian lewat ponsel. Ghea sempat mengajak Dendy berkelahi ke lapangan Murjani karena saking kesalnya. Ditambah lagi Dendy mengeluarkan kata-kata buruk kepada Ghea, pada saat itu identitas Ghea belum terbongkar sebagai laik-laki. Jadi wajar Dendy bersikap kasar karena yang dia tau Ghea seorang laki-laki. Perseteruan itu pada akhirnya terus berlanjut setiap hari, disekolah maupun diluar sekolah. Dendam pun mulai tumbuh dalam pikiran Ghea dan Dendy, mereka tidak mau saling mengalah pada hal pertengkaran mereka dilakukan lewat ponsel. Sekian lama perseteruan itu terjadi identitas Ghea belum terungkap juga.
            Suatu hari, Ririn teman dari Ghea, Jenny, dan Dini tiba-tiba memangil Dini dengan nada gugup. Dinipun mendatangi Ririn dengan penuh kebingungan. Ririn menceritakn yang terjadi kepada Dini
Ririn : “ Din. Kamu ada ngata-ngatain apa sih sama Dendy dan Leo?’
Dini : “Gak ada! Ngata-ngatain apa coba?”
Ririn : “Tadi pagi, Dendy melabrak Gladies. Dia nuduh Gladies yang selama ini
             mencari masalah sama dia.”
Dini : “Bentar, aku manggil Ghea sama Jenny. Soalnya mereka berdua juga
            terlibat.”
Dini pun memanggil Ghea dan Jenny dengan raut wajah ketakutan.
Ghea : “Ada apa?”
Dini : “Gawat Ghe! Dendy ngelabrak Gladies, dia kira pelakunya itu Gladies.”
Ghea : “Kok bisa? Emang Dendy kenal Gladies?”
Ririn : “Ya iyalah Ghe, Gladies itu pernah smsan sama Dendy. Otomatis dia
             mikirnya Gladies. Emang kalian ngapain Dendy sih?”
Jenny : “Kita gak ngapa-ngapain Dendy kok! Dendynya itu yang mulai duluan
               nyolot sama Ghea. Ghea itu udah ngomong baik-baik, tapi dianya aja
               yang kasar duluan.”
Ririn : “Kok bisa?”
Ditengah percakapan, Gladies dan Fisya datang menghampiri Ririn,Ghea,Jenny, dan Dini.
 Ghea : “Dies, kok bisa sih Dendy ngelabrak kamu? Ga punya bukti juga main
                ngelabrak aja.”
Gladies : “Aku juga gak tau, kamu ada ngapin Dendy sih?”
Ghea pun menceritakan semuanya kepada Gladies, Ghea pun berniat untuk meluruskan masalah ini. Siapa pelakunya, itu semua akan dipertanggung jawabkan oleh Ghea seorang. Tapi 2 sahabatnya Jenny dan Dini juga ingin membantu Ghea. Karena semua ini berawal dari Dini, jadi mereka tidak mau Ghea sendiri berkorba. Intinya, berat sama dipikul,ringan sama dijinjing. Itulah prinsip persahabatan mereka, sepulang sekolah Ghea mengirim pesan kepada Dendy untuk mengajaknya ke depan Perpustakaan. Tapi, Dendy tidak membalas pesan Ghea bahkan ponselnya tidak aktif. Entah lowbatt, ataupun Dendy sudah mengganti nomornya. Hal itu membuat Ghea semakin galau. Sepanjang hari Ghea mengirimkan pesan ke Dendy berharap Dendy membalas. Saat malam tiba, Ghea masih menunggu pesan dari Dendy. Tak berapa lama, Dendy mengirim pesan ke pada Ghea dengan kata-kata yang kasar layaknya sesame laki-laki.Seakan tak mau kalah, Ghea juga membalas dengan kata-kata yang lebih kasar. Perseteruaan itu berlanjut lagi dan semakin panas.
            Berjam-jam hingga larut malam, mereka masih berseteru. Pada akhirnya, Ghea memutuskan untuk membongkar jati dirinya yan sesungguhnya.
Ghea : “Oke! Aku sudah capek dan males banget ngeladeni banci kayak kamu!
               besok pas istirahat ke-2 tunggu di belakang kelas Billing. Kalau kamu
               gak datang berarti kamu benar-benar banci!”
Dendy : “Oke kalau gitu! Awas kamu kalau ga datang, aku tunggu kamu di tempat
                 yang kamu bilang tadi.”
Ghea : “Oh! Satu lagi, setelah kamu tau siapa aku. Kamu harus janji gak bakal
               kasih tau kesiapa-siapa tentang aku, sekali pun sama sahabat kamu.
               Kamu gak boleh ganggu atau pun nuduh teman aku. Dan masalah ini
               udah clear….” Kamu juga harus minta maaf sama Gladies karena kamu
               udah nuduh dia yang enggak-enggak.”
Dendy : “Oke! Aku janji….”
Keesokan paginya, Ghea sudah bersiap diri untuk pergi kesekolah. Bersiap juga menghadapi Dendy nantinya. Sesampainya di sekolah, Ghea bercerita tentang rencananya itu. Awalnya Jenny dan Dini ingin ikut menghadapi Dendy, tapi Ghea tidak menizinkannya karena dia merasa Dendy hanya bermasalah dengan Ghea. Sebelum itu, Ghea fokus mengikuti pelajaran. Tak terasa bel istirahat ke-2 sudah berbunyi. Dengan berani Ghea pergi ke belakang kelas Billingual. Sampai disana, Dendy belum datang juga. Karena dia belum mengetahui siapa Ghea sebenarnya, Dendy tidak menghiraukan Ghea yang tengah duduk sendirian. Merasa diabaikan Ghea pun memanggil Dendy.
Ghea : “Mau kemana?”
Dendy : “Ah! Oh jadi kamu orangnya?”
Ghea : “Jadi sebenarnya gini,…”
Saat Ghea menjelaskan yang terjadi
Dendy ; “Ya sudah! Gue nanti minta maaf sama Gladies.”
Ghea : “Hah?”
Ghea bingung, belum apa-apa Dendy asal motong pembicaraan. Merasa masalah ini selesai, Ghea dab Dendy sama-sama meninggalkan tempat tersebut,
            Hari berikutnya, Ririn tiba-tiba datang menghampiri Ghea yang sedang nongkrong didepan kelas 9G bersama Jenny dan Dini.
Ririn : “Gawat Ghe!”
Ghea : “Apaan Lagi?”
Ririn : “Kemarin waktu aku di Lab Seni Budaya, tiba-tiba Raka temannya Dendy
              ngefek aku, Fasya, sama Gladies.”
Jenny : “Ngefek gimana? Masalah kan sudah selesai.”
Dini : “Iya Rin, aku juga gak ngerti deh!”
Ririn : “Kemarin itu, si Raka sengaja ngefek kami bertiga. Teriak-teriak gak jelas,
              siapa sih yang suka sama Leo? Gitu Ghe.”
Ghea : “Wah! Si banci itu cerita sama temannya tentang masalah ini.
                Cari gara-gara lagi ya tuh anak?”
Semenjak itu, Ghea mulai geram kembali dengan Dendy dan kawan-kawannya karena telah mengusik kehidupan temannya. Setiap kali berpaspasan dengan Dendy, Ghea selalu memasang wajah singa yang ingin menerkam mangsanya.”

chiwonforever

Tidak ada komentar:

Posting Komentar