Pagi, pukul 07.05 3 sekawan tiba
disekolah. Mereka adalah Ghea, Jenny, dan Dini siswi kelas 9. Sejak kelas 7,
mereka selalu bersama. Tak heran, walaupun diantara mereka ada banyak perbedaan
tetapi semua itu tidak menjadi batu penghalang persahabatan mereka. Perbedaan
itu berupa karakter, talenta, maupun kesukaan. Contohnya karakter Ghea orangnya
judes, jutek, cuek, tempramental, tomboy, humoris, aneh, tidak sabaran, jail,
dan pemberani. Jenny orangnya baik, sabar, balak-blakan, humoris, dan jail.
Sedangkan Dini orangnya pendiam, baik, feminim, dan sensitif.
Seperti biasa, sebelum bel sekolah
berbunyi Ghea, Jenny, dan Dini duduk didepan kelas sambil mengobrol. Tapi kali
ini bukan obrolan biasa. Dini curhat kepada 2 sahabatnya tentang sosok
laki-laki yan disukainya.
Dini : “Cuey, aku mau cerita sesuai nih!”
Ghea : “Kayak Syahrini aja lu sesuatu.”
Dini : “Iih, serius tau dengerin dong!”
Jenny : “Iya iya, ini lagi dengerin kok.”
Dini : “Aku lagi naksir sama cowok
nih, dia anak 9 biling. Namanya Leo, kalian pada tau gak?”
Ghea : “Sorry ya, orang gak penting
kayak dia mah mana ku kenal!”
Jenny : “Bentar, Leo anak biling itu
kan? Yang anak parkour itu?”
Dini : “Bener! Jenny hebat!”
Ghea : “Yang mana sih? Anak parkour?
Mau jadi kangguru ya?”
Dini : “Ghea ah! Dari tadi becanda
mulu. Itu orangnya.”
Ghea : “Yang mana sih? Gaje banget!”
Dini : “Itu yang pake jaket merah,
tas merah.”
Ghea :“What! Ga salah
Din? Itu bukannya kurcaci yang ada didongeng Snow White kan?”
Jenny :“Aduh Ghea,
bawaannya mau ngina orang mulu. Gak pernah berubah tuh watak.”
Tet tet tet, bel telah berbunyi. Saatnya seluruh siswa
bebaris didepan kelas masing-masing dan masuk ke kelas untuk mengikuti
pelajaran pertama. Tapi, itu tidak berlaku bagi Ghea, Jenny, dan Dini. Mereka
malah asyik mengobrol dan mengulur-ulur waktu. Itulah kebiasaan buruk 3 sahabat ini. 5 menit bel berbunyi,
barulah mereka masuk ke kelas masing-masing.
40 menit,
itulah waktu yang ditempuh seluruh siswa untuk menikuti setiap pelajaran. 15
menit untuk istirahat pertama dan kedua. Itulah keseharian siswa-siswi SMPN 1
Banjarbaru. Dikelas 9 ini saatnya mempersiap kan diri untuk menghadapi Ujian
Nasional. Bukan berarti Ghea, Jenny, dan Dini larut dalam stress seperti siswa
kelas 9 lainnya. Mereka malah semakin malas untuk mengikuti pelajaran. Malahan
mereka membuat rencana untuk mendekat kan Dini dengan Leo. Pulang dekolah,
mereka berkumpul didepan perpustakaan untuk mwnjalan kan rencana. Kebetulan,
Dini mempunyai nomor ponsel Dendy, yaitu sahabat Leo. Disaat seperti ini, Ghea
lah yang memiliki banyak peran karena hanya dialah yang paling nekat dan
peemberani.
Ghea : “Jadi gini Din, kamu sms aja Dendy. Pura-pura ngajak
kenalan atau bas-basi
gimana gitu, entar aku bantuin deh!”
gimana gitu, entar aku bantuin deh!”
Dini : “ Oke deh! Terus, kapan mulai nanyain nomor hp Leo?”
Ghea : “Itu mah nanti, yang penting kamu akrab dulu sama
Dendy. Kali aja dia
melting disms sama cewek misterius.”
melting disms sama cewek misterius.”
Jenny : “Ghea Ghea, otak lu ya! Yang begituan lancar banget!
Ingat, kita mau UN.”
Ghea : “Ah! Berisik lu Jen! UN masih lama juga kali. US 1 aja
belum, lu malah
Kebanyakan takutnya.”
Dini : “Sementara ini aku mau fokus dulu sama ini rencana.
Pokoknya kalian
Berdua
harus bantuin!”
Ghea & Jenny : “Sipp!”
Malamnya, Dini menjalankan rencana seperti intruksi Ghea dan
Jenny. Kali ini Dini antusias sekali. Biasa, cinta monyet nak remaja. Dengan
tangan gemetar Dini mengirim pesan kepada Dendy, tak disangka pesan Dini
dibalas oleh Dendy. Entah berapa jam sudah, Dini saling membalas pesan dengan
Dendy. Saat itulah Dini mulai akrab dengan Dendy lewat pesan singkat.
Esok
harinya, Dini menceritakan kejadian tadi malam dengan 2 sahabatnya. Karena
rencana pertama telah berhasil, saatnya rencana kedua.
Ghea : “Din, pokoknya tiap malam usahain kamu smsan terus
sama Dendy. Kalau
sudah
biasa kan enak buat cari tau nomor Leo.”
Dini : “Iya deh! Aku nurut aja apa kata kamu Ghe.”
Jenny : “Emm, kalau sudah tiap hari smsan terus sudah akrab,
mau ngapain lagi?”
Ghea : “Ya Tanya nomor hp Leo lah! Dendy itu kan cuman modus
kita aja. Padahal
targetnya Leo.”
Jenny : “Kalau Dendynya gak ngsih tau, gimana?”
Ghea : “Sms Dini aja dibalas terus. Ya pasti maul lah! Apa
lag cuman nomor hp.”
Jenny : “Iya juga sih.”
Dini : “Kita sudah melangkah cukup jauh, mudahan aja rencana
Ghea yang aneh
ini
berhasil.”
Jenny : “Amin.”
Ghea : “Aneh, tapi manjur…”
Walaupun saat ini mereka tengah asyik mencari tahu nomor
ponsel Leo, tapi mereka tidak lupa akan kewajiban mereka sebagai pelajar. Malam
harinya, Dini kembali mengirim pesan kepada Dendy. Begitu pula Dendy, dia selau
membalas pesan dari Dini. Pada akhirnya, setiap malam Dini dan Dendy saling
mengirim pesan. Waktu yang tepat bagi Dini untuk menanyakan nomor ponsel Leo
kepada Dendy.
Dini : “Btw, kamu temennya Leo kan?”
Dendy : “Iya, kenapa?”
Dini : “Boleh nanya gak?”
Dendy : “Nanya apa?”
Dini : “Kamu punya nomor Leo? Kalau ada, boleh minta?”
Dendy : “Emm, sorry. Aku emang temenan sama Leo bahkan satu
kelas.
tapi
aku gak punya nomor hp Leo. Buat apa sih?”
Dini : “Oh, gitu. Gak kok, cuman ada yang mau ditanyain.”
Dendy : “Kalau emang penting, nanti aku kasih tau Leonya deh!
kalau ngomong sama orangnya
lansung kan enak.’
Semenjak itu, Dini tidak pernah menirimkan satu pesan pun
kepada Dendy. Karena menurutny percuma saja meneruskannya, toh Dendy tidak
mempunyai nomor ponsel Leo.
Kekecewaannya
itu dia tumpahkan kepada 2 sahabtnya. Pada puncaknya, Ghea jugalah yang turun
tangan. Disekolah dia memberanikan diri menelpon Dendy langsung, tapi Ghea
mengganti identitasnya sebaga laki-laki. Hebatnya lagi saat menelpon Dendy,
Ghea dapat merubah suaranya seperti lai-laki sebenarnya. Itulah kelebihannya
yang tidak dimiliki wanita lain. Tapi dimiliki oleh Ghea. Awalnya Ghea menelpon
Dendy baik-baik saja. Tapi, semakin lama Dendy semakin nyolot. Padahal waktu
itu Ghea minta kepada Dendy untuk memberikan telponnya kepada Leo karena Ghea
ingin bertanya langsung Leo. Anehnya, malah Dendy sendiri marah-marah kepada
Ghea seakan-akan melindugi Leo dari terkaman macan. Hal itu membuat Ghea lantas
geram dan akhirnya berujung perkelahian lewat ponsel. Ghea sempat mengajak
Dendy berkelahi ke lapangan Murjani karena saking kesalnya. Ditambah lagi Dendy
mengeluarkan kata-kata buruk kepada Ghea, pada saat itu identitas Ghea belum
terbongkar sebagai laik-laki. Jadi wajar Dendy bersikap kasar karena yang dia
tau Ghea seorang laki-laki. Perseteruan itu pada akhirnya terus berlanjut
setiap hari, disekolah maupun diluar sekolah. Dendam pun mulai tumbuh dalam
pikiran Ghea dan Dendy, mereka tidak mau saling mengalah pada hal pertengkaran
mereka dilakukan lewat ponsel. Sekian lama perseteruan itu terjadi identitas
Ghea belum terungkap juga.
Suatu hari,
Ririn teman dari Ghea, Jenny, dan Dini tiba-tiba memangil Dini dengan nada
gugup. Dinipun mendatangi Ririn dengan penuh kebingungan. Ririn menceritakn
yang terjadi kepada Dini
Ririn : “ Din. Kamu ada ngata-ngatain apa sih sama Dendy dan
Leo?’
Dini : “Gak ada! Ngata-ngatain apa coba?”
Ririn : “Tadi pagi, Dendy melabrak Gladies. Dia nuduh Gladies
yang selama ini
mencari
masalah sama dia.”
Dini : “Bentar, aku manggil Ghea sama Jenny. Soalnya mereka
berdua juga
terlibat.”
Dini pun memanggil Ghea dan Jenny dengan raut wajah
ketakutan.
Ghea : “Ada apa?”
Dini : “Gawat Ghe! Dendy ngelabrak Gladies, dia kira
pelakunya itu Gladies.”
Ghea : “Kok bisa? Emang Dendy kenal Gladies?”
Ririn : “Ya iyalah Ghe, Gladies itu pernah smsan sama Dendy.
Otomatis dia
mikirnya
Gladies. Emang kalian ngapain Dendy sih?”
Jenny : “Kita gak ngapa-ngapain Dendy kok! Dendynya itu yang
mulai duluan
nyolot
sama Ghea. Ghea itu udah ngomong baik-baik, tapi dianya aja
yang
kasar duluan.”
Ririn : “Kok bisa?”
Ditengah percakapan, Gladies dan Fisya datang menghampiri
Ririn,Ghea,Jenny, dan Dini.
Ghea : “Dies, kok bisa
sih Dendy ngelabrak kamu? Ga punya bukti juga main
ngelabrak aja.”
Gladies : “Aku juga gak tau, kamu ada ngapin Dendy sih?”
Ghea pun menceritakan semuanya kepada Gladies, Ghea pun
berniat untuk meluruskan masalah ini. Siapa pelakunya, itu semua akan
dipertanggung jawabkan oleh Ghea seorang. Tapi 2 sahabatnya Jenny dan Dini juga
ingin membantu Ghea. Karena semua ini berawal dari Dini, jadi mereka tidak mau
Ghea sendiri berkorba. Intinya, berat sama dipikul,ringan sama dijinjing.
Itulah prinsip persahabatan mereka, sepulang sekolah Ghea mengirim pesan kepada
Dendy untuk mengajaknya ke depan Perpustakaan. Tapi, Dendy tidak membalas pesan
Ghea bahkan ponselnya tidak aktif. Entah lowbatt, ataupun Dendy sudah mengganti
nomornya. Hal itu membuat Ghea semakin galau. Sepanjang hari Ghea mengirimkan pesan
ke Dendy berharap Dendy membalas. Saat malam tiba, Ghea masih menunggu pesan
dari Dendy. Tak berapa lama, Dendy mengirim pesan ke pada Ghea dengan kata-kata
yang kasar layaknya sesame laki-laki.Seakan tak mau kalah, Ghea juga membalas
dengan kata-kata yang lebih kasar. Perseteruaan itu berlanjut lagi dan semakin
panas.
Berjam-jam
hingga larut malam, mereka masih berseteru. Pada akhirnya, Ghea memutuskan
untuk membongkar jati dirinya yan sesungguhnya.
Ghea : “Oke! Aku sudah capek dan males banget ngeladeni banci
kayak kamu!
besok
pas istirahat ke-2 tunggu di belakang kelas Billing. Kalau kamu
gak
datang berarti kamu benar-benar banci!”
Dendy : “Oke kalau gitu! Awas kamu kalau ga datang, aku
tunggu kamu di tempat
yang kamu bilang tadi.”
Ghea : “Oh! Satu lagi, setelah kamu tau siapa aku. Kamu harus
janji gak bakal
kasih
tau kesiapa-siapa tentang aku, sekali pun sama sahabat kamu.
Kamu gak
boleh ganggu atau pun nuduh teman aku. Dan masalah ini
udah
clear….” Kamu juga harus minta maaf sama Gladies karena kamu
udah
nuduh dia yang enggak-enggak.”
Dendy : “Oke! Aku janji….”
Keesokan paginya, Ghea sudah bersiap diri untuk pergi
kesekolah. Bersiap juga menghadapi Dendy nantinya. Sesampainya di sekolah, Ghea
bercerita tentang rencananya itu. Awalnya Jenny dan Dini ingin ikut menghadapi
Dendy, tapi Ghea tidak menizinkannya karena dia merasa Dendy hanya bermasalah
dengan Ghea. Sebelum itu, Ghea fokus mengikuti pelajaran. Tak terasa bel
istirahat ke-2 sudah berbunyi. Dengan berani Ghea pergi ke belakang kelas
Billingual. Sampai disana, Dendy belum datang juga. Karena dia belum mengetahui
siapa Ghea sebenarnya, Dendy tidak menghiraukan Ghea yang tengah duduk sendirian.
Merasa diabaikan Ghea pun memanggil Dendy.
Ghea : “Mau kemana?”
Dendy : “Ah! Oh jadi kamu orangnya?”
Ghea : “Jadi sebenarnya gini,…”
Saat Ghea menjelaskan yang terjadi
Dendy ; “Ya sudah! Gue nanti minta maaf sama Gladies.”
Ghea : “Hah?”
Ghea bingung, belum apa-apa Dendy asal motong pembicaraan.
Merasa masalah ini selesai, Ghea dab Dendy sama-sama meninggalkan tempat
tersebut,
Hari
berikutnya, Ririn tiba-tiba datang menghampiri Ghea yang sedang nongkrong
didepan kelas 9G bersama Jenny dan Dini.
Ririn : “Gawat Ghe!”
Ghea : “Apaan Lagi?”
Ririn : “Kemarin waktu aku di Lab Seni Budaya, tiba-tiba Raka
temannya Dendy
ngefek
aku, Fasya, sama Gladies.”
Jenny : “Ngefek gimana? Masalah kan sudah selesai.”
Dini : “Iya Rin, aku juga gak ngerti deh!”
Ririn : “Kemarin itu, si Raka sengaja ngefek kami bertiga.
Teriak-teriak gak jelas,
siapa sih
yang suka sama Leo? Gitu Ghe.”
Ghea : “Wah! Si banci itu cerita sama temannya tentang
masalah ini.
Cari
gara-gara lagi ya tuh anak?”
Semenjak itu, Ghea mulai geram kembali dengan
Dendy dan kawan-kawannya karena telah mengusik kehidupan temannya. Setiap kali
berpaspasan dengan Dendy, Ghea selalu memasang wajah singa yang ingin menerkam
mangsanya.”chiwonforever
Tidak ada komentar:
Posting Komentar